Senin, 12 Oktober 2009
Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dipakai dalam berbagai keperluan tentu tidak seragam, tetapi akan berbeda-beda disesuaikan dengan situasi dan kondisi . Keanekaragaman penggunaan bahasa Indonesia itulah yang dinamakan ragam bahasa Indonesia.
1. Berdasarkan waktu penggunaan .
Ragam bahasa Indonesia lama
Ragam bahasa Indonesia lama dipakai sejak zaman Kerajaan Sriwijaya sampai dengan saat dicetuskannya Sumpah Pemuda. Ciri ragam bahasa Indonesia lama masih dipengaruhi oleh bahasa Melayu . Bahasa Melayu inilah yang akhirnya menjadi bahasa Indonesia. Alasan Bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia :
1) Bahasa Melayu berfungsi sebagai lingua franca,
2) Bahasa Melayu sederhana karena tidak mengenal tingkatan bahasa,
3) Keikhlasan suku daerah lain ,dan
4) Bahasa Melayu berfungsi sebagai kebudayaan
b. Ragam Bahasa Indonesia Baru
Penggunaan ragam bahasa Indonesia baru dimulai sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda
Pada 28 oktober 1928 sampai dengan saat ini melalui pertumbuhan dan perkembangan bahasa yang beriringan dengan pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia.
2. Berdasarkan Media
a. Ragam Bahasa Lisan
Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
1) Memerlukan kehadiran orang lain ;
2) Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap;
3) Terikat ruang dan waktu;
4) Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
b. Ragam Bahasa Tulis
Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
1) Tidak memerlukan kehadiran orang lain;
2) Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap;
3) Tidak terikat ruang dan waktu;
4) Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
3. Berdasarkan Situasi
a. Ragam Bahasa Resmi
Ciri-ciri ragam bahasa resmi :
1) Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten;
2) Menggunakan imbuhan secara lengkap ;
3) Menggunakan kata ganti resmi ;
4) Menggunakan kata baku ;
5) Menggunakan EYD ;
6) Menghindari unsur kedaerahan .
b. Ragam Bahasa Tidak Resmi
Ciri-ciri ragam bahasa tidak resmi kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam bahasa tidak resmi ini digunakan ketika kita berada dalam situasi yang tidak normal .
c. Ragam Bahasa Akrab
Penggunaan kalimat-kalimat pendek merupakan cirri ragam bahasa akrab. Kalimat-kalimat pendek ini menjadi bermakna karena didukung oleh bahasa nonverbal seperti anggukan kepala , gerakan kaki dan tangan tangan,atau ekspresi wajah.
d. Ragam Bahasa konsultasi
Ketika kita mengunjunggi seorang dokter, ragam bahasa yang kita gunakan adalah ragam bahasa resmi. Namun, dengan berjalannya waktu terjadi alih kode. Bukan bahasa resmi yang digunakan, melainkan bahasa santai. Itulah ragam bahasa konsultasi.
4. Berdasarkan Bidang atau Tema yang sedang Dikomunikasikan
a. Ragam bahasa ilmiah
Ciri bahasa indonesia ragam ilmiah:
1). Bahasa Indonesia ragam baku,
2). Pengunaan kalimat efektif;
3). Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda;
4). Pengunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan
menghindari pemakaian kata dan istilah yang bermakna kias;
5). Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga
objektivitas isi tulisan,
6). Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan
Antaralinea.
b. Ragam Bahasa Sastra
Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak mengunakan kalimat yang tidak efektif. Pengambaran yang sejels-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
c. Ragam Bahasa Iklan
Bergaya bahasa hiperbola, berpersuasif, dan berkalimat menarik, ciri-ciri ragam bahasa iklan. Selain itu, ragam bahasa iklan bernada sugestif dan propogandis.
d. Ragam Bahasa Bidang-bidang Tertentu
Ragam bahasa ini digunakan pada bidang-bidang tertentu seperti transportasi, komputer, ekonomi, hukum, dan psikologi.diagnosis, infus, dan USG adalah contoh istilah dalam bidang kedokteran. Dapatkah anda menyebutkan istilah-istilah yang khas pada bidang studi anda?
5. Ragam Bahasa Indonesia Berdialek
Pernahkah anda mendengar seseorang berbicara dengan menggunakan bahasa indonesia, tetapi anda akan segera mengetahui dari mana asal orang tersebut? Seseorang yang berasal dari surabaya biasanya menggunakan panggilan ”rek” pada lawan bicara, atau seseorang dari bandung biasanya akan menyisipkan kata ”mah” dan ”atuh” diatara kalimat-kalimatnya. Itulah yang dimaksud dengan ragam bahasa indonesia berdialek. Lantas, seperti apakah ragam bahasa indonesia yang sebenar-benarnya.
6. Ragam Bahasa Indonesia Baik dan Benar
Sering kali kita mendengar slogan ”Gunakanlah bahasa indonesia dengan baik dan benar”. Apakah maksud slogan tersebut? Apakah kita harus mengunakan bahasa yang resmi dimana kita berada? Bukan itu jawabannya. Slogan itu berarti.
a. Bahasa yang baik adalah bahasa yang mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi pemakaian
b. Bahasa yang benar adalah bahsa yang menerapkan kaidah denga konsisten.
ciri-ciri bahasa lisan dan tulisan beserta kekurangan dan kelebihannya
Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
Memerlukan kehadiran orang lain ;
Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap;
Terikat ruang dan waktu;
Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
Ragam Bahasa Tulis
Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
1) Tidak memerlukan kehadiran orang lain;
2) Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap;
3) Tidak terikat ruang dan waktu;
4) Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan
Bahasa lisan, kurang cermat menyampaikan pikiran dan perasaan, karena bersifat spontan, dan kurang cermat pula si pendengar menangkap dan memahaminya, karena tidak bisa disimak ulang. Tetapi ada kelebihannya, yaitu penyampaian pikiran dan perasaan dapat didukung dengan intonasi, mimik muka, suasana yang ada atau diciptakan (serius, kelakar, haru, gembira, dsb).
Dengan demikian bahasa lisan tidak bisa dipahami secara tepat hanya melalui hubungan makna kata demi kata. Di lain fihak, kelemahan dan kebihan bahasa tulisan, merupakan kebalikan dari bahasa lisan.
Minggu, 11 Oktober 2009
wisata Kota Toea jakarta
wisatawan mulai tertarik juga pada hasil peninggalan masa lampau yang menempel pada dinding-dinding bangunan di kota bersejarah, kota tua pada setiap negara yang mereka kunjungi. Tren wisata itu diberi nama heritage tourism atau cultural heritage tourism.
Heritage, atau warisan berupa berbagai peninggalan dalam segala bentuk, penting bukan hanya sebagai sebuah identitas kota dan negara tapi juga bernilai ekonomi serta memberi dampak sosial. Budaya merekatkan manusia untuk mencipta saling pengertian yang membawa pada kedamaian dan keharmonisan. Wisata heritage pada akhirnya juga membantu memelihara dan melestarikan heritage/warisan itu sendiri.
Di dalam setiap kota tua masih lekat menempel sejarah sang kota, perjalanan hidup kota berabad lalu masih bisa terbaca hingga detik ini melalui bangunan tua, jalur kereta api, jembatan, kanal, kuliner, folklore, tradisi dan segala yang masih terus dilestarikan.
Kerutan di wajah sebuah kota tua, yang terpelihara apik, menjadi begitu menarik dan merangsang wisatawan untuk datang, tak sekadar menjenguk, mengenang, tapi juga mencoba memahami mengapa sebuah peristiwa terjadi pada satu kurun waktu. Kemudian, bisa kekaguman yang muncul atau dalam kisah tertentu, berharap kejadian buruk di masa lalu tak terulang kembali.
Warisan yang ada di setiap kota di dunia memiliki arti penting yang berbeda bagi penduduk kota itu sendiri, penduduk di negara di mana sebuah kota berada, atau bahkan bagi dunia.
apa kabar Jakarta? Di usia yang menjelang 500 tahun, dalam rentang waktu yang kurang dari 20 tahun ke depan, Jakarta masih saja berantakan. Sudahkah Jakarta menciptakan citranya sebagaimana kota-kota lain di dekatnya?
Kawasan bersejarah Jakarta yang sedang dalam proses dihidupkan kembali kini terkesan dhedhel dhuwel. Mandek bukan hanya karena masalah pembangunan fisik, dan pembenahan ulang -karena dalam waktu dua tahun sudah babak belur lagi sehingga harus tambal sulam- tapi juga karena tak jelas arah revitalisasi itu. Terlalu banyak kepentingan, terlalu banyak cakap, minim tindakan.
Padahal, potensi kawasan bersejarah/kota tua Jakarta tak terkatakan. Tengok saja sejarah kota ini. Bermula dari Sunda Kelapa di seputar abad 12 kemudian berganti nama menjadi Jayakarta pada 1527, berubah lagi menjadi Batavia pada 1619 di masa VOC, dan terakhir Jakarta pada 1942.
Sejarah panjang itu bermula di kawasan yang kini disebut kawasan lama atau kawasan bersejarah atau kota tua. Seluruh kawasan tempat di mana Batavia berawal ini ditetapkan sebagai situs dan dilindungi oleh SK Gubernur DKI Jakarta No 475/1993 mengenai bangunan cagar budaya di DKI Jakarta yang harus dilestarikan.
Di kawasan itu saja ada lebih dari 200 bangunan tua yang dimiliki BUMN, DKI Jakarta, swasta, dan perseorangan. Kondisinya? Lebih banyak yang menunggu ajal.
Selain empat museum milik DKI Jakarta, Museum Sejarah Jakarta yang menempati bekas gedung balai kota di masa Batavia; Museum Wayang; Museum Seni Rupa dan Keramik; dan Museum Bahari, kawasan ini juga memiliki dua museum perbankan, Museum Bank Mandiri dan Museum Bank Indonesia.
Di seputaran bekas pusat Batavia, ada bangunan Stasiun Jakarta Kota atau Beos yang pembangunannya kelar pada 1929. Menyusur kanal membayangkan awal abad 19 di mana kawasan Kali Besar tenar sebagai pusat bisnis, bisa jadi alternatif lain. Bangunan-bangunan tua di sisi kiri dan kanan kanal menjadi saksi sebagain sejarah Jakarta.
Lebih ke Utara, ada sisa tembok Batavia, ada pula kampung yang seharusnya tetap lestari sebagai Kampung Tugu. Kampung ini masuk sebagai kawasan yang dilestarikan dalam SK Gubernur DKI No 475/1993. Disebut demikian karena, menurut Adolf Heuken, penulis sejarah Jakarta, di kawasan ini ditemukan Prasasti Tugu - peninggalan arkeologis tertua yang membuktikan pengaruh Hindu di Jawa Barat.
Di kampung ini pula para mardijkers - tahanan yang sudah dibebaskan, dimerdekakan oleh Belanda - tinggal. Mereka kebanyakan keturunan Portugis.
Gereja Tugu yang pertama kali dibangun pada 1670-an, masih berdiri di sana. Kampung ini juga menyimpan warisan kuliner seperti dendeng tugu dan pindang srani tugu yang semua sudah punah bersama punahnya Kampung Tugu. Kampung yang harusnya lestari seperti apa adanya, kini hanya menyisakan keroncong tugu. Selebihnya, kini kawasan itu jadi tempat antrean truk konteiner.
Untuk menyasar wisata kuliner, kota tua masih memiliki kawasan yang paling beken. Kawasan itu tak lain adalah Pancoran, Glodok. Ingin ke pulau, bergeser sedikit ke Teluk Jakarta ada Kepulauan Seribu dengan Taman Arkeologi Pulau Onrust - pulau yang sibuk/tak pernah istirahat - yang terdiri atas Pulau Onrust, Cipir, Kelor, dan Bidadari.
Tentu saja Indonesia tak hanya punya Jakarta. Kota-kota lain di Pulau Jawa seperti Banten, Cirebon, Bandung, Yogyakarta, Semarang hingga kota-kota di luar Pulau Jawa menyimpan warisan tersendiri.
Yang perlu diingat bahwa bahkan dari segelas bir, secangkit kopi atau teh, sepotong es krim, semangkuk soto, atau patahan tembok tua, kita bisa kembali ke ratusan bahkan ribuan tahun lalu.